SELAMAT DATANG di web kami, mari kita berbagi pengalaman. Terima Kasih

Sabtu, 04 April 2015

COBAAN / UJIAN SEBAGAI PENGAYAH ( TAPAKAN/PEDASARAN )


    Betapa susahnya menjalani kehidupan dengan berbuat baik & merubah kebiasaan buruk yang disenangi. Inilah pengalaman kisah nyata si penulis selama ini. 
Pada mulanya kehidupan saya tidak menentu alias kucar-kacir apa yang dikerjakan menjadi berantakan, sakit terus, usaha bisnis tidak pernah berhasil, mabuk-mabukan, sering berdebat sama keluarga, Gengsi, keras hati, hati terasa banyak beban, dan kemana-mana mencari orang pintar. 
Nah dari sekian banyak orang pintar, banyak yang mengatakan bahwa istri saya
menjadi Pengiring/Kesenengan (Pengayah Tapakan).

Saya belum merasa percaya pada apa yang dikatakan oleh orang pintar tersebut, dan akhirnya istri saya jatuh sakit sampai lemas dan tidak bisa berkutik seluruh badannya. Saya ajak berobat ke dokter tidak sembuh, saya ajak berobat ke dukun/orang pintar juga tidak ada perubahan sama sekali. Akhirnya saya menemui jalan buntu dan tidak bisa berbuat apa-apa sampai hampir putus asa. Ditengah keputus asaan timbullah pemikiran yang diucapkan oleh orang pintar itu bahwa istri saya harus mau menjadi Pengayah Niskala ( Tapakan/Pedasaran ).
Saya langsung bertekad untuk mempercayai pesan dari orang pintar tersebut karena sudah tidak ada pilihan lain lagi, dan langsung saya bicara berdua tentang menjadi pengayah. Istri saya sampai berpikir keras, karena dia mikir umurnya masih muda dan masih senang-senangnya bergaya hidup bebas dan saat itu pekerjaannya adalah salon kecantikan & ngerias pengantin. Istri saya dalam keadaan sakit lemas diatas ranjang sambil berkata kepada saya, saya mau ngiring tapi pada umur 50 tahun (metanggeh). Belum juga siap untuk jadi pengiring, akhirnya tetap istri saya mengalami kesakitan, mau tak mau akhirnya dia pertama kalinya menyatakan siap untuk ngiringan dengan hati terpaksa karena sakitnya tidak kunjung sembuh.

     Selesai mengucapkan bahwa bersedia akan menjadi pengayah, keesokan harinya istri saya tanpa berobat kemana-mana langsung sembuh seperti sedia kala tidak ada sakit yang tersisa alias segar bugar.
Nah inilah keajaiban yang saya rasakan bersama istri saya yang sangat membuat hati saya berdua menjadi terharu dengan kemaha kuasaan Sang Pencipta ( Tuhan ).  Dari pengalaman tersebut akhirnya kami berdua bertekad untuk mengabdikan diri untuk menjadi pelayan umat dan merelakan kebebasan saya direnggut biarpun umur saya masih kecil kurang lebih kira-kira umur 30 tahunan demi menjadi Pengayah.
Walaupun awalnya terpaksa ngiring, tetapi setelah sembuh dari sakit, akhirnya keterpaksaan tersebut menjadi berubah tulus iklas karena sakeng terharunya dengan kebesaran Tuhan. Nah setelah kepercayaan mulai bangkit dalam diri kami berdua, akhirnya langsung kami mengadakan pembersihan ( mewinten ) di Griya Sri Empu Pande Lap-lapan bersama keluarga dan Pemangku Pura Dadya. Setelah melakukan Pawintenan semuanya menjadi baik, tidak pernah lagi sakit-sakitan, rejekipun lancar. Tetapi cuma sebentar saja dalam hitungan bulan setelah melakukan Pawintenan.


IBU MENINGGAL
   
     Kejadian atau cobaan pertama adalah ibu saya jatuh sakit sampai meninggal dunia, dan saya pernah berpikir bahwa apakah istri saya menjadi pengayah tapakan harus kah ibu saya sebagai penggantinya? karena saya kurang pengetahuan, kurang pencerahan dari orang-orang bijak pada saat itu, dan banyak bermunculan di pikiran saya tentang prediksi diri sendiri atau berspekulasi yang tidak karuan. Istri saya berkata pada waktu itu; pak saya sudah bersedia menjadi pengayah kenapa ibu mertua saya meninggal, kalau begini saya akan mengundurkan diri ( mepamit ) sebagai Pengayah. Anehnya ketika istri saya bilang berhenti sebagai Pengayah, saat itu juga istri saya tidak bisa bangun dari tempat duduknya dan mengalami sakit bokongnya.
Lagi saya tegaskan dan menjelaskan kepada istri saya, bahwa; ibu meninggal tidak ada hubungannya dengan kamu sebagai Pengayah, ibu meninggal karena sudah takdirnya, kamu jangan berpikir yang aneh-aneh. Ingatlah bahwa sekali ditunjuk oleh alam ( sebagai Pengayah ) tidak bisa dibantah atau nanti akan fatal akibatnya seperti yang pertama kali kita pernah menolaknya. Maka dari itu, mulai sekarang jangan pernah lagi bilang berhenti sebagai Pengayah, dan memohon maaflah pada Tuhan agar kamu dibebaskan dari rasa sakit ini. Istri saya langsung memohon ampunan kepada yang Maha Kuasa, saat itu juga keadaan istri saya kembali normal dan tidak merasa sakit lagi.

     Setelah dimakamkan jasad ibu, dan saya mulai bangkit dari tekanan mental, dan menyadari bahwa ini adalah sudah takdir ibu saya harus meninggal. Cuma hanya kebetulan saja pas waktu istri saya jadi pengayah tapakan. Akhirnya saya sudah biasa lagi seperti keadaan semula tidak memikirkan apa-apa lagi, dan terus semangat untuk mendekatkan diri kehadapan Sang Pencipta menjadi Pengayah. Orang-orangpun mulai berdatangan tangkil untuk nunas tamba, kegalangan manah (minta obat). Dengan penuh tulus iklas istri saya melayani orang yang datang, dan anehnya setiap ada orang yang datang membawa sesajen istri saya bisa tahu tentang keadaan rumahnya, keadaan dalam keluarga mereka, dan tahu tentang sakit orang tersebut.  Setelah itu langsung bikin acara persembahyangan ke pura-pura yang ada di pulau Bali sampai ke Nusa Penida Pura Dalem Ped. 

     Di Pura Dalem Ped saya kenal dengan Pengayah-Pengayah lainnya seperti yang dari singapadu, beliau langsung menuntun istri saya di ajeng pelinggih Ratu Gede, dan berlanjut sampai di rumah beliau masih menuntun istri saya. Sampai akhirnya tangkil di Pura Dadya nya saya, bersama dengan Pemangku Dadya, Kelihan Dadya, keluarga saya, dan Jro yang menuntun istri saya untuk memohon Waranugraha di Pura Dadya tersebut.
Disaat persembahyangan, warga dadya saya datang beramai-ramai untuk menghentikan persembahyangan bersama. Saya terhentak dan kaget,, saya berpikir dalam hati , ada apa ini kok kaya ada maling.. lama kemudian baru akhirnya saya menyadari bahwa saya tidak di ijinkan sembahyang di pura saya sendiri. terus saja saya berpikir, apa salah saya, saya sudah ngajak Pemangku dan dua orang Pemimpin Dadya ( Kelihan dadya ) kok dilarang saya untuk sembahyang, ada apa ini, orang saya sembahyang mohon Sinar Suci dan tuntunan, kok malah jadi rusuh. Waktu itu saya punya prinsip " Tidak perlu meladeni orang awam yang beraninya dengan saudara sendiri dan saya sebagai suami Pengayah Tapakan tidak boleh meladeni orang seperti ini " Akhirnya pada waktu itu tidak jadi perdebatan apapun, karena saya sudah mengerti duluan. Kalau saya berdebat dengan mereka, berarti gagal lah ujian/cobaan istri saya untuk menjadi seorang Pengayah Tapakan. Dan saya tidak pernah mengungkitnya lagi setelah kejadian itu, saya anggap tidak pernah ada kejadian seperti itu. Makanya saya langsung cepat baikkan sama mereka seperti sedia kala, dan saya tanpa ada rasa dendam sedikitpun sama mereka sampai sekarang ini.
Inilah namaya cobaan/ujian sebagai Pengayah Niskale ( Tapakan ) yang siap untuk menerima cemoohan dari mana saja, dan saya hanya bisa sabar, yakin, dan tenang untuk melangkah kedepan.



NENEK MENINGGAL

     Tidak berlangsung lama lagi sekitar 6 bulanya, nenek saya jatuh sakit dan istri saya pun tidak bisa untuk mengobatinya sampai di bawah ke rumah sakit akhirnya  meninggal juga. Ini lagi-lagi saya merasa di terjang badai yang sangat luar biasa sampai heran bercampur sedih. Kenapa ya keluarga kesayangan saya satu per satu meninggalkan saya, padahal saya baru mau merubah hidup saya dari hidup gak karuan-karuan atau mabuk-mabukan menjadi hidup sebagai yang tertib tentang keagamaan ( menjadi pengayah tapakan ). Lagi-lagi saya berspekulasi dalam pikiran dan istri saya sampai bertekad lagi untuk berhenti jadi pengayah Tapakan, setelah dia berucap berhenti jadi Pengayah dan seketika itu juga istri saya sudah jatuh sakit sampai tidak bisa berdiri lagi. Karena istri saya berpikir mengapa jadi pengayah kok keluarga saya satu per satu meninggalkan saya, terus berpikir memikirkan keadaan yang dihadapi saat sekarang ini. apakah ada yang salah, mengapa sakitnya cuma sebentar dan dirumah sakit juga dirawat kok hasilnya meninggal juga, kenapa orang lain atau tetangga saya yang sakit kok bisa selamat hidup lagi setelah dirawat dirumah sakit, sampai saya merasa iri dengan mereka yang sembuh dari sakit. Dikarenakan keluarga saya langsung meninggal.

Pada waktu itu saya berkata kepada istri saya ; hai, kenapa kamu bilang seperti itu, tahukah kamu bahwa sekali di tunjuk oleh alam ( jadi Pengayah Tapakan ) tidak bisa lagi untuk dihalau atau lari dari itu. Terus kamu pingin berhenti menjadi Pengayah kamu akan menjadi apa? Apa mungkin keadaannya akan menjadi lebih baik? atau malah sebaliknya menjadi lebih kacau atau tambah ruwet. Saya minta tolong, pikirkan sekali lagi tentang ucapanmu yang tadi, sebab semua keadaan atau perubahan keluarga bergantung pada seberapa besar pengabdianmu dan ketulus iklasanmu, singkatnya ini adalah cobaanmu. Dan saya anjurkan istri saya agar mencabut ucapannya yang tadi dan mohon maaflah pada-Nya.
Akhirnya istri saya menuruti saran saya dan anehnya lagi istri saya yang tadinya tidak bisa berdiri dan sakit di perutnya, tanpa berobat langsung sembuh kembali seperti sedia kala. Inilah keajaiban lagi yang kami rasakan berdua sebagai Pengayah Tapakan.
Sudah dua kali keluarga saya meninggal dari saya melakukan pembersihan diri ( mawinten ). inikah yang namanya ujian atau cobaan, sampai kami berdua sempat bilang dunia ini kok tidak adil ya, orang saya sudah mau menuruti kehendak alam sebagai pengayah di lain pihak keluarga meninggal. Kalau saya tidak mau menuruti sebagai Pengayah seperti dulu, isteri saya juga yang kena sakit sampai tidak bisa berkutik diatas ranjang. Kalau dipikir-pikir kok semuanya jadi serba salah.
Pikiran kami menjadi gak karuan dan stres, terus mikirin dimana letak kesalahannya. Setelah berjalan waktu demi waktu akhirnya saya bisa bangkit lagi seperti biasa, dan orang-orang pada berdatangan lagi untuk berobat. Saya persingkat saja ceritanya, berselang waktu kurang lebih 8 bulan setelah nenek saya meninggal, dan datang lagi cobaan saya yang paling berat sekali yaitu anak pertama saya mengalami tabrakan dan meninggal.



ANAK MENINGGAL

     Pada saat itu anak saya pergi ke sekolah SMK N 1 Mas Ubud kira-kira pukul 06:30 wita dan saya masih ketiduran. Handphone saya berbunyi terus, dan saya masih ngantuk pada saat itu, saya langsung bangun terus bilang; adeh nganggu orang tidur aja. Saya lihat sms dan langsung kaget karena membaca pesan sms berisi anak saya tabrakkan dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit mas. Seketika itu ngantuk saya jadi hilang dan terus saya buru-buru menuju rumah sakit tersebut. Sesampainya disana anak saya sudah dilarikan ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar, dan pakaian anak saya yang masih ketinggalan. Istri saya sudah jadi tidak karuan karena melihat pakaian anaknya dan sudah berpikiran yang bukan-bukan, langsung buru-buru menuju Rumah Sakit Sanglah. Di perjalanan menuju Rumah Sakit tersebut istri saya terus menangis tidak mau berhenti.

       
      Setibanya di Rumah Sakit Sanglah, anak saya sudah tiada dan perawat langsung menutup dengan kain kapan. Belum sempat megang anak, istri saya sudah nangis seperti orang gila sambil mengeluarkan kata-kata yang tidak karuan. Akhirnya saya jadi megang istri ketimbang anak karena saking takutnya nanti istri saya akan berbuat nekad atau mengamuk. Sampai akhirnya saya langsung ajak dia pulang dan tidak dapat ngurus anaknya sama sekali.

      Sekian dulu cerita dari kisah nyata saya, kalau ada yang tidak berkenan mohon diabaikan karena ini adalah kenyataan yang sebenarnya terjadi pada kehidupan saya pribadi.

Terima kasih,,

Semoga kita semua dalam tuntunan-Nya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar